Profil Desa Sapuro Kebulen
Ketahui informasi secara rinci Desa Sapuro Kebulen mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Kelurahan Sapuro Kebulen, Pekalongan Barat. Jelajahi peran sentralnya sebagai lokasi Makam Aulia Agung Sapuro, pusat wisata religi nasional, dan denyut ekonomi kerakyatan yang hidup dari jutaan peziarah setiap tahunnya.
-
Pusat Wisata Religi Terbesar
Lokasi dari kompleks Makam Aulia Agung Sapuro yang sangat dihormati, menjadikannya salah satu destinasi ziarah paling penting dan paling banyak dikunjungi di Indonesia.
-
Penyelenggara Haul Akbar Kolosal
Menjadi tuan rumah dari acara Haul Akbar tahunan yang menarik ratusan ribu hingga satu juta jemaah, menjadikannya salah satu perhelatan keagamaan terbesar di Asia Tenggara.
-
Ekosistem Ekonomi Berbasis Ziarah
Memiliki perekonomian kerakyatan yang sangat dinamis dan hidup 24 jam, sepenuhnya ditopang oleh pengeluaran jutaan peziarah di sektor akomodasi, kuliner, perdagangan, dan jasa.

Di Kecamatan Pekalongan Barat, terdapat sebuah nama yang gaungnya melampaui batas-batas administrasi kota dan dikenal luas oleh jutaan umat Islam di seluruh Nusantara: Sapuro. Kelurahan Sapuro Kebulen adalah jantung dari kawasan keramat ini, sebuah wilayah yang kehormatan dan identitasnya menyatu sepenuhnya dengan keberadaan kompleks Makam Aulia Agung Sapuro, khususnya makam Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas.
Wilayah ini bukan sekadar kelurahan, melainkan sebuah destinasi spiritual tingkat nasional, sebuah pusat di mana doa dan harapan dari jutaan peziarah bertemu. Setiap jengkal tanah di Sapuro Kebulen seolah hidup dan bernapas dari denyut aktivitas ziarah yang tak pernah berhenti. Perekonomiannya berputar, kehidupan sosialnya terbentuk dan reputasinya terbangun di atas fondasi warisan spiritual yang agung. Kisah Sapuro Kebulen adalah narasi tentang bagaimana berkah para aulia menjadi sumber kehidupan bagi sebuah komunitas yang dinamis dan resilien.
Magnet Spiritual Nusantara: Kemasyhuran Makam Sapuro
Daya tarik, identitas, dan alasan keberadaan Kelurahan Sapuro Kebulen yang paling utama adalah kompleks Makam Aulia Sapuro. Kawasan ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi puluhan ulama dan habaib terkemuka yang telah berjasa dalam syiar Islam. Di antara puluhan makam tersebut, yang menjadi magnet utama dan paling dikeramatkan adalah makam Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas, seorang waliyullah yang wafat pada tahun 1929 dan karomahnya termasyhur hingga ke mancanegara.
Setiap hari, tanpa mengenal waktu, ribuan peziarah dari berbagai kota dan provinsi di Indonesia memadati area pemakaman. Bus-bus pariwisata berukuran besar menjadi pemandangan sehari-hari, menurunkan rombongan demi rombongan yang datang untuk berziarah, berdoa, dan ngalap berkah (mencari berkah). Suasana di dalam kompleks makam selalu khusyuk dan tenang, kontras dengan hiruk pikuk aktivitas ekonomi yang mengepung di luarnya.
Keberadaan Makam Sapuro telah menempatkan Pekalongan dalam peta wajib bagi para pelaku wisata ziarah di Indonesia, sejajar dengan destinasi ziarah Wali Songo lainnya. "Bagi kami, belum lengkap rasanya tur ziarah Wali Soko kalau tidak singgah ke makam Habib Ahmad di Sapuro. Energi spiritualnya sangat kuat," ujar seorang koordinator rombongan ziarah dari Banten. Status sebagai pusat spiritual inilah yang menjadi penggerak utama segala aspek kehidupan di Sapuro Kebulen.
Puncak Penghormatan: Haul Akbar Tahunan
Jika ziarah harian adalah denyut nadinya, maka Haul Akbar Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas adalah detak jantungnya yang paling kencang. Diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 14 Syawal, acara ini merupakan salah satu haul terbesar dan paling kolosal di Indonesia. Selama beberapa hari, Kelurahan Sapuro Kebulen dan wilayah sekitarnya berubah menjadi lautan manusia. Ratusan ribu, bahkan ada yang menyebut hingga satu juta jemaah dari seluruh Indonesia dan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, tumpah ruah di kawasan ini.
Rangkaian acara haul, yang meliputi pembacaan maulid, rauha, dan pengajian akbar, dihadiri oleh para habaib, kiai, dan ulama terkemuka dari seluruh negeri. Jalan-jalan utama ditutup total untuk mengakomodasi jemaah yang meluber hingga beberapa kilometer dari pusat acara. Skala acara yang luar biasa ini menunjukkan betapa besar mahabbah atau rasa cinta umat kepada sosok Habib Ahmad.
Acara ini tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi juga dimensi sosial dan ekonomi yang dahsyat. Walikota Pekalongan, H.A. Afzan Arslan Djunaid, mengakui fenomena ini. "Haul Sapuro adalah aset terbesar Kota Pekalongan. Ia menjadi syiar agama yang menyejukkan sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi yang luar biasa. Semua sektor, dari hotel hingga pedagang asongan, merasakan berkahnya," kata beliau.
Ekosistem Ekonomi yang Hidup 24 Jam
Berkah dari keberadaan Makam Sapuro paling nyata terlihat pada ekosistem ekonomi kerakyatan yang tumbuh subur di sekelilingnya. Hampir tidak ada rumah di sepanjang jalan utama menuju makam yang tidak berfungsi ganda sebagai ruang usaha. Perekonomian di Sapuro Kebulen adalah contoh sempurna dari tourism-driven economy, di mana seluruh aktivitasnya didedikasikan untuk melayani kebutuhan jutaan peziarah.
Berbagai lapis usaha tumbuh dan saling menopang, di antaranya:
- AkomodasiMulai dari hotel-hotel melati hingga ratusan rumah warga yang disulap menjadi homestay atau penginapan dadakan. Saat haul, hampir tidak mungkin mencari kamar kosong di seluruh kota.
- KulinerRibuan warung makan, lesehan, kafe, hingga restoran beroperasi untuk melayani peziarah. Menu yang ditawarkan pun beragam, dari masakan lokal hingga kuliner khas Timur Tengah.
- PerdaganganIni adalah sektor yang paling terlihat. Toko-toko yang menjual aneka oleh-oleh, perlengkapan ibadah (sarung, mukena, peci, tasbih), parfum, kitab-kitab agama, hingga batik khas Pekalongan berjejer rapat di sepanjang jalan.
- Jasa dan TransportasiRatusan ojek, becak, dan jasa penitipan barang beroperasi 24 jam, menyediakan kemudahan bagi para peziarah.
Perputaran uang di kawasan ini diperkirakan mencapai miliaran rupiah setiap minggunya, dan melonjak drastis saat musim liburan dan Haul Akbar. Ekonomi di Sapuro Kebulen seolah memiliki jaminan kesinambungan yang digerakkan oleh iman dan tradisi.
Dinamika Sosial dan Tata Kelola Kawasan
Menurut data BPS Kota Pekalongan, Kelurahan Sapuro Kebulen memiliki luas wilayah 0,38 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 6.848 jiwa pada tahun 2022. Meskipun wilayahnya kecil, "populasi"-nya bisa berlipat ganda setiap hari karena arus peziarah. Warga Sapuro Kebulen telah berevolusi menjadi sebuah komunitas yang sangat terampil dalam mengelola keramaian dan melayani tamu.
Pemerintah Kelurahan, bekerja sama dengan Yayasan Makam Sapuro, tokoh masyarakat, dan aparat keamanan, memikul tugas berat dalam menata kawasan. Manajemen lalu lintas, penataan ribuan pedagang kaki lima, kebersihan, dan keamanan menjadi agenda harian yang kompleks. Namun dengan sistem yang telah terbangun selama bertahun-tahun dan partisipasi aktif warga yang merasakan manfaat ekonomi langsung, semua tantangan tersebut dapat dikelola dengan relatif baik.
Lurah Sapuro Kebulen seringkali menyebut warganya sebagai masyarakat yang tangguh dan adaptif. "Warga kami sudah sangat paham bagaimana hidup di tengah keramaian. Ada kesadaran kolektif untuk sama-sama menjaga ketertiban, karena ini adalah `ladang` kita bersama. Kuncinya adalah komunikasi dan gotong royong," ujarnya.
Dengan fondasi spiritual yang tak lekang oleh waktu, Kelurahan Sapuro Kebulen adalah sebuah fenomena. Ia adalah bukti nyata bagaimana sebuah warisan agung dari masa lalu dapat terus menjadi sumber kehidupan, inspirasi, dan kemakmuran bagi generasi masa kini dan masa depan.